Kamis, 03 April 2014

 * DIBALIK KEKALAHAN* Kita sebagai generasi yang sangat jauh dengan generasi terbaik ummat ini, generasi sahabat Ridhwanullah 'alaihim ajma'in. Karna Merekalah tauladan kita. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk lebih banyak membaca dan mempelajari sejarah mereka, Sejarah yang penuh dengan ibroh dan pelajaran. Telah tercatat dalam sejarah dengan tinta emas keberanian mereka dalam membela agama ini, Tidak ada yg mereka takutkan kecuali kemurkaan Allah dan Rosul nya. Inilah Dia Kholid bin Walid Saifun min suyufillah almaslulah satu dari pedang Allah yg terhunus, Seorang pejuang islam yang tak pernah berhenti berjihad di jalan Allah. Diawali dengan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. Allah telah menguji kaum muslimin dengan kekalahan dan gugurnya Asadullah waRosuluh Singa Allah dan Rosulnya Hamzah bin 'Abdil mutholib, Handholah, dan Alyaman ayah dari Khudzaifah, Mereka adalah pejuang Uhud yang gugur di medan laga. Kekalahan kaum muslimin di karnakan adanya kesalahan pada pasukan pemanah. Ketika kaum musyrikin melihat adanya kelengahan tersebut, Kholid bin Walid sebagai komandan pasukan kavaleri musyrikin ketika itu di dampingi oleh Ikrimah bin Abi Jahl cepat menggunakan kesempatan tersebut dengan jalan melambung, Kacabalaulah barisan kaum muslimin, mulai berguguran pejuang -pejuang islam. Uhud sebagai saksi perjuangan mereka. Dangan kekalahan ini Allah Robul'alamin menunjukkan kekuasaannya yang mutlak atas hambanya. Beberapa tahun setelah kekalahan di uhud tersebut, ada sebagian orang Quroisy yang datang menghadap Rosulullah shalallahu'alaihi wasalam menyatakan keislamannya, diantaranya Kholid bin Walid komandan pasukan kavaleri kaum musyrikin di Uhud. Subhanallah . Betapa besar nya kekuasaan Allah, Dibalik kekalahan ini tersembunyi suatu hikmah yang agung, Gugurnya Singa Allah untuk lahirnya Pedang Allah. Awalmula di julukinya Kholid dengan julukan pedang Allah ketika perang Mu'tah. Dimana ketika itu Rosulullah shalallahu'alaihiwasalam sebagai pengemban da'wah menda'wahi kaum Romawi, tapi ternyata mereka enggan. Maka Rosulullah shalallahu'alaihiwasalam mengirim pasukan (sariyyah) yang dipimpin tiga panglima sekaligus, Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abdulmutholib, 'Abdullah bin Rowahah, karna yang diperangi kali ini adalah kaum Romawi yang terkenal super power ketika itu. Berangkatlah sariyah tersebut. ketika di tengah jalan mereka mendengar bahwa Romawi juga telah siap dengan pasukannya yang besar bergabung dengan sebagian orang arab yang belum tunduk, keseluruhan berjumlah dua ratus ribu personil. Maka kaum muslimin mengadakan musyawarah. Sebagian sahabat ada yang berpendapat untuk mengirim surat kemadinah Meminta bantuan. Berdirilah Abdullah bin Rowahah " Wahai kaum bukan kah ini yang kalian cari? Menang atau syahid" Abdullah membakar semangat kaum muslimin, Semua setuju dengan ini. Berangkatlah kaum muslimin menyongsong kaum Romawi. Ketika kedua kubu berhadapan terlihat jumlah kaum muslimin jauh dari seimbang dengan lawannya, tapi sama sekali tidak ada terlihat di wajah kaum muslimin rasa gentar. Setelah di dakwahi sekali lagi dan mereka tetap enggan,Perang capuh pun berkobar. kepemimpinan di pegang oleh Zaid bin Haritsah sebagai pemegang bendera pertama, dia maju dengan kudanya merangsek musuh yang datang bagai air bah, suara ringkik kuda, suara beradunya senjata,rintihan yang terluka, bau anyir darah, sebagai gambaran suasana ketika itu. Sang panglima yang maju tanpa rasa gentar, gugur. Bendera perang yang beliau bawa cepat di sambar sebelum jatuh oleh panglima kedua Ja'far bin abdul muthalib. Dengan gigihnya Ja'far sebagai panglima menghadapi musuh, tak hiraukan senjata yang telah melukainya,musuh datang tak pernah habis. Musuh yang melihat sepak terjang Ja'far sangat menggiriskan, cepat mencari kesempatan untuk menjatuhkan kudanya. Ja'far yang mendapatkan kudanya telah di serang, loncat dari kuda dan maju dengan jalan kaki memapaki musuh yang datang lagi, sampai akhir nya musuh berhasil menebas tangan kanannya, bendera di pindahkan di tangan kiri, tangan kiri tertebas juga, maka dia junjug bendera dengan sisa tangannya yang ada, beliau pertahankan bendera sampai dia gugur sebagai syahid. Abdullah bin Rowahah yang melihat itu cepat menyambut bendera, diangkatnya tinggi-tingi tanda perang tetap berkobar kepemimpinan diambil alih olehnya. gema takbir, teriakan semangat dari kaum muslimin tetap memenuhi medan laga. Panglima ketiga ini maju di front terdepan tidak mau kalah dari kedua sahabatnya yang telah mendahuluinya sebagai pejuang islam. Abdullah bin Rowahah dengan tabah nya menghadapi musuh yang datang. Musuh yang mengahalangi di tebasnya untuk tidak bangun lagi, mulutnya tak pernah berhenti mengumandangkan syiir-syiir penuh semangat. Kaum romawi mulai bertanya-tanya, kaum apakah yang mereka hadapi? Tak ada rasa takut, rasa jerih, berani mati, padahal mereka menang personil, persenjataan dan pengalaman, mereka lebih unggul. Mulailah rasa gentar dan takut merasuk pada hati mereka. Kaum romawi tidak tahu bahwa kaum muslimin memiliki Iman yang mereka andalkan, yang mengalahkan semua yang musuh miliki, juga semboyan yang telah terpatri pada diri-diri mereka ketika menghadapi musuh islam"hidup mulia (dengan kemenangan)atau mati syahid". Panglima ketigapun gugur dalam perjuangannya menghadapi musuh. cepat seorang sahabat menyambut bendera yang masih tergenggam erat oleh Abdullah, dan dia bawa berputar-putar mencari seseorang. ketika beliau melihat seluit orang yang dia cari, cepat ditemuinya. "Ambilah bendera ini wahai Kholid dan pimpinlah pasukan, ayah dan ibuku sebagai jaminannya" kata sahabat tersebut " Tidak" kata Kholid " andalah yang mimpin" kholid meneruskan. "Kholid tidaklah aku mengbilnya kecuali untuk kuserahkan padamu" kata sahabat itu lagi. Akhirnya Kholid mengalah, diterimanya bendera itu,kepemimpinan teralih padanya. Kemantapan Kholid menunggang kuda, kelihaiyannya memainkan senjata, ke jituannya mengatur siasat, sangat menggiriskan musuh, telah sembilan pedang patah ditangannya. Kholid membedal kudanya mencari tempat tinggi, dan beliau memandang keseluruh medan laga, pandangannya sangat tajam bagaikan mata elang. Kholid telah mengatur siasat. Pada keesokan harinya, sebelum matahari terbit yang pertanda dimulainya peperangan, Kholid mengatur pasukan, sayap kanan di pindah sayap kiri, pasukan depan di pindah kebelakang. Dengan ini musuh mengira bahwa kaum muslimin mendapat bantuan. Ketika perang dimulai dengan dasyatnya, Kholid sebagai panglima sedikit demi sedikit menarik pasukannya mundur,musuh yang memang sudah ada rasa gentar, melihat adanya bantuan (yang mereka sangka) tidak berani terus mendesak. Dengan selamat Kholid membawa pasukan balik ke madinah. Setelah perang inilah Kholid terkenal dengan julukan pedang Allah, Rosulullahlah yang menjulukinya. Kholid terus mengejar ketinggalannya dalam islam dengan berjihad dijalan Allah,beliau tidak pernah ketinggalan dalam setiap pertempuran baik bersama Rosulullah ataupun hanya sariyyah yang Rosul utus, bahkan beliaulah panglimanya. Sampai di masa kekholifahan Abubakar As-shidiq. beliulah penakluk romawi sebagaimana Sa'ad bin Abi Waqosh adalah penakluk persia, Rodhiyallahu'anhum ajma'in. Memang kekuasaan Allah adalah mutlak atas hambanya, apabila Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi. Kholid bin Walid, Pedang Allah harus menghembuskan nafas terakhirnya diatas kasur, padahal peperangan adalah rutinitas nya, memecahkan setrategi adalah kesukaannya, berkuda dan berpedang adalah hobinya. Diakhir hayatnya beliau pernah berkata : "Aku telah mengikuti sekitar 100 pertempuran, dan tidak ada di badan ku ini yang luput dari luka, sabetan pedang, tikaman tombak, atau tusukan anak panah, tapi aduhai diri ini harus mati diatas kasur seperti matinya unta". Suatu ketika dimasa tuanya, beliau Rodhiyallahu 'anhu mengambil Alqu'an dan memeluknya, kemudian menangis sejadi-jadinya dan berkata:"aku tersibukan darimu dengan jihad". Subhanallah,beliau tersibukkan dengan jihad fisabilillah. Dengan apakah kita tersibukkan?, Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai ahlul qur'an. Aamin yamujiibasailin. Dikirim oleh Al-akh Umar Bakhtir (salah satu thulab di Darul Hadist Fuyus,Yaman)

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda